Sebelum saya menguraikan tentang bahagian dari taqwa, mari kita ketahui sedikit tentang disiplin yang selama ini masih tak terjangkau dengan pemahaman kita sendiri.
Disiplin dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah latihan batin dan watak agar mentaati tatatertib; kepatuhan pada aturan.
Jelas bukan?. Lantas, apa buah dari disiplin kepada Allah? Buah disiplin pada Allah adalah Taqwa. Mengapa? Mari perhatikan sejenak!.
Kita sering mendengar pengertian taqwa, yang biasa diartikan oleh beberapa orang; ”Takut kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.”
Tahukah kita, penjelasan di atas benar adanya!. Hanya saja, pengertian taqwa di atas terlalu general dan menurut saya pribadi terlalu sempit untuk bisa dipahami oleh kalangan sebagian orang, sehingga kita akan mengalami dangkalnya pemahaman yang berakibat pada kualitas taqwa itu sendiri. Kita harus mengetahui bahwa penejelasan di atas hanyalah bagian awal untuk mencapai kesempurnaan disiplin sebelum benar-benar kita meraih ketaqwaan tersebut. Untuk itu, selayaknya kita mengetahui unsur-unsur taqwa serta meluruskan pemahaman yang selama ini tak banyak diketahui oleh orang. Mengapa? Agar kita dapat melangkah pada tingkat taqwa. Harus ya? Tentu!. Nah, sekarang apa unsur-unsur taqwa itu? Taqwa dibagi kedalam empat unsur:
1. الخَوْفُ مِنَ الجَلِيْلِ
Takut kepada Allah, dalam artian kita menanamkan rasa bahwa Allah itu mutlak adanya, Esa, dimana gerak kita selalu terlihat oleh-Nya. Taqwa jenis ini merupakan tingkatan awal, dalam hal ini Allah berfirman sebagaimana dalam.
وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. 24:52)
يَآأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌ {1}يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَاهُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ {2}
”Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (QS. 22:1-2)”
Sekarang, sudah mulai jelas bukan? Jika kita mendasarkan pemahaman hanya pada tingkat ini saja, kapan kita akan merasakan ladzatul iman (nikmatnya iman)? Kapan kita akan mengarahkan taqwa dengan benar? Jika yang kita ketahui hanya satu ”takut pada Allah”. Sedangkan takut pada Allah itu sendiri ada prosesnya.
وَعِزَّتِي لاَ أَجمَعُ عَلَى عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنيَا أَمَنْتَهُ يَومَ القِيَامَةِ وَإِذَا أَمَنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ.
“Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan mengumpulkan dua rasa takut dan dua rasa aman pada seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberinya rasa aman di akhirat. Dan jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberinya rasa takut di akhirat.
2. العَمَلُ بالتَّنـزِيلِ
Setelah kita melaui proses pertama, barulah kita beranjak pada tahapan yang kedua yaitu menjalankan perintah al-Qur`an dan menjauhi apa yang jelas-jelas di larang dalam kitab-Nya. Al-Qur`an surat al-Isra: 9 menjelaskan:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
”Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
مَنْ قَرَأَ لقُرْآنَ وَعَمِلَ بِهِ اَلبَسَ اللهُ وَالِدَيْهِ تَاجًا يَوْمَ القِيَامَةِ ضَوْؤُهُ أَحْسَنَ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ الدُّنْيَا لَوْكَانَتْ فِيْهِ. فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهِ.
”Barang siapa membaca al-Qur`an dan mengamalkannya, pada hari kiamat kelak kelak Allah akan memakaikan mahkota pada kedua orang tuanya, yang gemerlapan (sinarnya) lebih baik daripda sinar matahari dalam salah satu rumah dunia, sekiranya sinar itu di dalamnya. Lantas bagaimana dugaan kalian mengenai orang yang mengamalkannya sendiri.”
وَمَنْ يُعَظِّمُ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى القُلُوْبِ
“Demikianlah (perintah Allah), barang siapa mengagungkan syair-syair Allah (lambang-lambang-Nya), sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati (QS. Al-Hajj:32)”
مَنْ قَرَأَ القُرآنَ فَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلاَلَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ اَدخَلَهُ الجَنَّةَ وَشَفَعَّهُ فِي عَشْرَةِ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُمُ النَّارُ.
“Barang siapa membaca al-Qur`an dan menguasainya (benar-benar memahami maknanya), kemudian ia menghalalkan yang dihalalkan oleh al-Qur`an dan mengharamkan yang diharamkannya, kelak al-Qur`an akan memasukkannya ke dalam surga dan mengizinkan ia memberi syafaat kepada sepuluh orang keluargannya (semuanya) yang telah diharuskan masuk neraka. (HR. Tirmidzi)
3. الإِسْتِعْدَادَ لِيَوْمِ الآخِيْرِ
Tingkatan ketiga yaitu mempersiapkan untuk hari Akhir. Tahapan taqwa ini merupakan tolak ukur dimana kita melakukan semua aktifitas di dunia ini dalam rangka mempersiapkan diri untuk bertemu dengan-Nya. Membuktikan ketaqwaan kita secara tepat untuk melangkah pada fase kehidupan ke-3 dan seterusnya (alam barzah dan akhirat)
مَا مِنكُم مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ اللهُ، لَيسَ بَينَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَارِ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَالتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ.
”Tidak seorangpun di antara kalian kecuail diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menoleh ke kanan, maka ia tidak melihat sesuatu melainkan apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Ia pun menoleh ke kiri, maka ia tidak melhat sesuatu melainkan apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia menoleh ke depan, maka ia tidak melhat sesuatu melainkan neraka di depan wajahnya. Karena itu, jagalah diri kalian dari neraka meki dengan sebutir kurma. ”
4. وَالقَنَاعَةُ بِالقَلِيْلِ
Tahapan terakhir, setelah kita melakukan proses taqwa di atas, kita harus menyertakan rasa rela. Rela di sini dalam artian kita sepenuhnya ridha (ikhlas) dengan ketetapan Allah yang digariskan kepada kita baik lahir maupun batin, rela pada kuantitas bentuk materi yang sedikit.
مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى الإِخْلاَصِ لِلهِ وَحدَهُ وَلاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَقَامَ الصَّلاَةَ، وَآتَى الزَّكَاةَ، فَارَقَهَا وَاللهُ عَنْهُ رَاضٍ.
Barang siapa meninggalkan dunia (wafat) dengan membawa keikhlasan karena Allah swt. saja, ia tidak menyekutukan Allah sedikitpun, ia melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, maka ia telah meninggalkan dunia ini dengan membawa ridha.
Bersyukur juga harus kita perhatikan, mengapa? Karena begitu sedikit manusia yang bersyukur, banyak dari mereka menganggap syukur hanya dengan kalimat al-hamdulillah namun tak banyak dari mereka mengetahui cara bersyukur.
وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS. 34:13)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. 29:69)
Seperti itulah tahapan bertaqwa kepada Allah. Seperti itu pula konsep taqwa, yang bila salah satu dari keempatya hilang, maka berkuranglah ketaqwaan itu. Oleh sebab itu, surat al-Baqarah: 41 وإيي فالتقون yang artinya “maka hanya kepada-Ku kamu harus bertakwa“. Pertanyaannya; taqwa yang bagaimana? Dan di tingkat mana ketaqwaan itu tertanam?
يَأَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan ketaqwaan sebenar-benarnya. (Al-Imran: 102)
َوسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى
Dan ia (neraka) dijauhkan dari orang-orang yang bertaqwa.
Imam Ghazali dalam kitab Minhajul `Abidin berkata:
لاَيَتْبَعُ المَرْءَ إِلَى قَبْرِهِ * غُيْرُ التُّقَََى وَالعَمَلِ الصَّالِحِ
Tidak ada satupun yang mengkuti seseorang ke dalam kuburnya selain ketaqwaan dan amal shaleh
Terakhir, saya menyadari goresan kecil ini, masih banyak kekurangan dan masih mungkin dijumpai kesalahan. Oleh sebab itu,.
إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ اْلإِصْلاَحَ مَااسْتَطَعْتُ وَمَاتَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
”Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (QS. al-Hud: 88)
Sumber : Islam-inside
pencerahan....dipagi ahad..!
@Secangkir teh dan sekerat roti : Semoga bermanfaat
salam sobat
trims artikelnya,,
memberikan renungan kita semua,
memang kita hanya takut kepada ALLAH SWT saja,,karena mutlak adanya dan paling MAHA segalanya.
makasih mas aku jadi lebih byk tau tentang takwa
@NURA : Semoga kita menjadi hamba yang selalu bertaqwa
@Didiet : Sama-sama
good info
nanti ane jadiin khutbah jumat boleh tha ??
blogacim.co.cc
Nice Post.. I like it...
@Muktashim koe : boleh
@Yoyon : thanks
tambah lagi ilmu tentang taqwa....semoga bisa menambah taqwa kita kepada Allah swt, amin.
Ilmu yang bermanfaat, lanjutkan teman. Semoga sukses selalu. Amin
@Rahmatea : Amin
@Cak Win : Makasih supportnya, Amin
bagus banget, ternyata ada tahapan-tahapannya yah.
makasih sharingnya.
Tidak ada satupun yang mengkuti seseorang ke dalam kuburnya selain ketaqwaan dan amal shaleh
betul sekali, makasih sudah berbagi.
Ass. Wr. Bos tolong diinfo kan cara memotong Postingan yang Panjang (read more), Tak Tunggu Matusr Suwun ...
nice post...
semua ibadah tujuan akhirnya adalah
KETAQWAAN
"la'allakum tattaquun..."
Sda : Sama-sama
Narti : Iya Bu, semoga kita digolongkan mati dengan membawa taqwa
@Rijadi Tjahjono : Hidup rukun berdampingan saling menyayangi tanpa membedakan golongan, agama, dan ras dilandasi ketaqwaan mewujudkan keadilan dan perdamaian. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu.
@Rama : Ikhlas hanya berharap Ridho-NYA
malam sobat !!!
maaf baru smpat baca nech !!!
sdikit pencerahan bagus nech sob !!!
nice post !!!
Sebalumnya saya minta maaf kalo kurang tepat menggunakan kata-kata dlm memberi komentar sehingga sy disomasi sama Sam Pemilik Blog, sehingga membuat saya bergairah untuk mencari dasar terhadap apa yang saya tulis untuk Blog SamBloger, yang jelas tidak ada maksud apa2 untuk penulisan sebelumnya dan sekali mohon maaf bila menurut SamBloger "tidak tepat", karena sy pikir Postingan samBloger adalah pembahan tentang Islam sebagai Dien. yang perlu aku komentari sesuai hitam putihnya, dan tentunya Insya'Allah teman2 muslim saja yang berghiroh untuk memberi comment postingan tsb,
... btw Sesuai janji saya kepada SamBloger untuk mecarikan dasar comment saya, akhirnya aku dapat sumber dari eramuslim.com yang membahas Al'Quran dan kebetulan dapat mendasari apa yang saya tulis sebelumnaya, Semoga bermanfaat
cuplikannya sbb:
Semisal dengan surat At Taubah ayat 123 ini adalah surat Al Fath : 29
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ
Artinya : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al Fath : 29)
Kedua ayat tersebut bukanlah ditujukan kepada semua orang kafir akan tetapi hanya terhadap orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimi. Setiap muslim diperintahkan untuk berbuat baik kepada semua manusia termasuk orang-orang kafir yang suka perdamaian dan tidak memerangi kaum muslimin, sebagaimana perintah Allah swt.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)
Wallahu A’lam
@Mufied : semoga Mas
@Rijadi Tjahjono : Terima kasih sobat, sangat lengka
artikelnya bagus.. sangat bermutu.. sekedar sedikit berbagi, dulu sudah lama sekali saya di acara takbir akbar pernah mendengar cerita tentang taqwa ; seorang sahabat bertanya pada Imam Ali, "apa itu hakikat taqwa ?" dan begitu dijelaskan secara lengkap oleh menantu Rasulullah itu, mendadak sahabat yang bertanya tadi langsung mati.. dia terkejut mendengar dahsyatnya penjelasan hakikat taqwa sebenar-benar taqwa tadi.. bagaimana sih sebenarnya hakikat sebenar-benar taqwa ? ...
waduh jangan dijelasin deh.. saya takut mati juga.. ha..ha..ha..
good posting sob ! keep spirit